ROHIS SMA ALHUDA IECM
Jumat, 16 November 2012
Jumat, 09 November 2012
RIP anggota ROHIS
RIP Syafiq Fathkur Rozi XI PS 2
Meninggal : 26 Oktober 2012, Jumat
Semoga semua amal ibadahnya selama dia hidup di terima di sisi-Nya. AMIN :)
Meninggal : 26 Oktober 2012, Jumat
Semoga semua amal ibadahnya selama dia hidup di terima di sisi-Nya. AMIN :)
Rabu, 03 Oktober 2012
Tiga Macam Keikhlasan Dalam Beribadah
Artikel tentang Tiga macam Keikhlasan dalam beribadah
ini akan memberitahukan kepada Anda tentang apa-apa saja yang termasuk
ke dalam kategori ikhlas, dan kapan suatu ibadah itu dikatakan ikhlas
atau tidak. Dengan membaca artikel ini pertanyaan teman-teman sekalian
dari artikel sebelum ini tentang pengertian ikhlas,
yang menanyakan tentang keihklasan dalam beribadah akan terjawab.
Pertanyaannya seperti ini: Bagaiamana hukumnya kita beribadah karena
takut kepada allah, atau kita beribadah karena kita hanya mengharapkan
balasan dari Allah berupa surganya, apakah ibadah ini dapat dikatakan
ikhlas atau tidak?
berikut penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan di atas:
Ada tiga macam bentuk keikhlasan dalam beribadah:
Pertama, orang yang dalam ibadah atau pengabdiannya disertai niat ikhlas karena Allah. Namun, disamping itu ia benar-benar berharap balasan dari-Nya. Yakni balasan Surga. Ibadah yang dilakukan dalam bentuk ini dalam hadis, dinamai dengan ibadah pedagang. Sebab sudah menjadi ciri seorang pedagang untuk berbuat atau bermodal, kemudian mengharapkan imbalan atau kembalian yang lebih banyak.
Kedua, orang yang dalam keikhlasannya beribadah terselip kengerian akan murka dan siksa-Nya. Ibadah seperti ini disebut dengan ibadah budak. Sebab ciri seorang budak dalam menaati tuannya selalu diiringi dengan perasaan takut.
Ketiga, orang yang tidak bercampur apa-apa dalam keikhlasannya. Ia mengabdi kepada Allah bukan karena ingin mendapatkan balasan surga atau karena ngeri dan takut akan siksa-Nya. Orang-orang semacam ini sadar bahwa Allah adalah Cahaya yang mesti didekati dan tidak ada kebahagiaan melebihi dari mendekatkan diri kepada-Nya. Ia beribadah karena ia cinta dan bersyukur kepada-Nya. Syukurnya tidak pernah berhenti karena setiap syukur yang dilakukannya merupakan cahaya yang mesti disyukurinya. Sebab kalau kenyataannya itu disyukuri dengan puasa, salat, membaca al-Qur`an, bersedekah, mengucap syukur, dan lain-lain, semuanya itu merupakan kenikmatan lain yang mesti disyukuri. Ibadah ketiga ini merupakan ibadah tertingggi, dan dikenal dengan nama ibadah orang bebas (tidak terikat dengan surga atau neraka), ikhlasnya tidak lagi disebut dengan ikhlas yang pelakunya disebut mukhlisin. Akan tetapi, keikhlasannya sudah sampai pada tingkatan paling murni yang dalam al-Qur`an disebut sebagai Mukhlisin. Golongan ini tidak lagi bisa ditembus iblis sebagaimana tertulis dalam al-Qur`an, surat al-Hijr, ayat 39-40.
“Iblis berkata: Ya tuhanku, oleh sebab engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, maka aku akan menjadikan baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti akan aku sesatkan mereka semua kecuali dari hamba-hambaMu yang Mukhlas”
berikut penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan di atas:
Ada tiga macam bentuk keikhlasan dalam beribadah:
Pertama, orang yang dalam ibadah atau pengabdiannya disertai niat ikhlas karena Allah. Namun, disamping itu ia benar-benar berharap balasan dari-Nya. Yakni balasan Surga. Ibadah yang dilakukan dalam bentuk ini dalam hadis, dinamai dengan ibadah pedagang. Sebab sudah menjadi ciri seorang pedagang untuk berbuat atau bermodal, kemudian mengharapkan imbalan atau kembalian yang lebih banyak.
Kedua, orang yang dalam keikhlasannya beribadah terselip kengerian akan murka dan siksa-Nya. Ibadah seperti ini disebut dengan ibadah budak. Sebab ciri seorang budak dalam menaati tuannya selalu diiringi dengan perasaan takut.
Ketiga, orang yang tidak bercampur apa-apa dalam keikhlasannya. Ia mengabdi kepada Allah bukan karena ingin mendapatkan balasan surga atau karena ngeri dan takut akan siksa-Nya. Orang-orang semacam ini sadar bahwa Allah adalah Cahaya yang mesti didekati dan tidak ada kebahagiaan melebihi dari mendekatkan diri kepada-Nya. Ia beribadah karena ia cinta dan bersyukur kepada-Nya. Syukurnya tidak pernah berhenti karena setiap syukur yang dilakukannya merupakan cahaya yang mesti disyukurinya. Sebab kalau kenyataannya itu disyukuri dengan puasa, salat, membaca al-Qur`an, bersedekah, mengucap syukur, dan lain-lain, semuanya itu merupakan kenikmatan lain yang mesti disyukuri. Ibadah ketiga ini merupakan ibadah tertingggi, dan dikenal dengan nama ibadah orang bebas (tidak terikat dengan surga atau neraka), ikhlasnya tidak lagi disebut dengan ikhlas yang pelakunya disebut mukhlisin. Akan tetapi, keikhlasannya sudah sampai pada tingkatan paling murni yang dalam al-Qur`an disebut sebagai Mukhlisin. Golongan ini tidak lagi bisa ditembus iblis sebagaimana tertulis dalam al-Qur`an, surat al-Hijr, ayat 39-40.
“Iblis berkata: Ya tuhanku, oleh sebab engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, maka aku akan menjadikan baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti akan aku sesatkan mereka semua kecuali dari hamba-hambaMu yang Mukhlas”
Demikian Artikel tentang Tiga macam keikhlasan dalam beribadah ini, semoga berguna.
Sumber : http://www.islamnyamuslim.com/2012/09/tiga-macam-keikhlasan-dalam-beribadah.html
Minggu, 23 September 2012
Motto, Visi & Misi ROHIS SMA AL-HUDA
MOTTO:
Menjadikan Islam yang Baik, Menarik dan Sederhana.
VISI:
1. Meningkatkan iman dan taqwa dengan tetap berpedoman kepada Al-Qur'an dan Hadits.
2. Meningkatkan ukhuwah sesama muslim.
3. Menjadikan Muslim dan Muslimah yang kreatif dan inovatif.
4. Memperkuat Ilmu pengetahuan Agama.
5. Menjadikan Remaja Islam yang Berilmu pengetahuan luas.
MISI:
1. Mengikuti serta mengadakan kajian-kajian Islamiah.
2. Menjadikan Akhlakul Krimah sebagai karakter utama seorang muslim.
3. Bersama-sama menjalankan tugas dengan Ikhlas dan Bertanggung Jawab.
4. Belajar mengamalkan sunah-sunah Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Terus berprestasi mengasah kemampuan yang ada.
Apa yang Terjadi Pada Akun Facebook Kita Selepas Kita Meninggal Dunia?
Suatu peringatan sebenarnya bagi kita semua
Mari kita renungkan bersama
Pikirkan bersama.. Jika suatu hari nanti kita mati,
Akun facebook ini hanya kita yang tau passwordnya..
Hanya kita yang bisa acces..
…
Dan..
Selepas kita meninggal
Apa yang terjadi pada akun fb kita..??
Mungkin ada yang akan ucapkan takziah
Mungkin ada yang selalu menjenguk bagi obat rindu
Tetapi..
Sadarkah kita….??
Gambar-gambar kita..
Akan terus membuat kita tersiksa di Alam kubur..
Gambar2 yang tidak ditutupi auratnya dengan sempurna
Bagaimana nanti…..??
Para lelaki terus menerus melihat.
Dan kadang ada gambar kita yang di tag-kan ke teman2 kita
Walaupun sudah bertahun-tahun kita mati, gambar itu terus ada
SAHAM DOSA TERUS MENINGKAT…
Bagaimana…??
Pernah berpikir tidak..??
Legging dan jeans ketat, bisakah menyelamatkan kita…??
Baju yang tidak membalut aurat itu, bagaimana…??
mungkin kini kita masih merasa tak sabar ingin berbagi cerita
Dengan gambar-gambar yang cantik
Tempat-tempat yang sudah kita lewati di muka bumi-NYA.
Tapi di akhirat nanti
Semua itu tidak akan membawa arti
Semua hanya tinggal kenangan bagi yang masih hidup..
Di alam kubur, semua itu tidak sedikitpun dapat menyelamatkan kita
Mari kita bersama-sama renungkan
Saham dosa yang terus meningkat walau setelah ketiadaan kita di muka bumi
Sampai kita di akhirat.
Tutupilah auratmu sebelum auratmu ditutupkan
Peliharalah dirimu sebelum dirimu di kafankan
Jagalah harga diri sebagai seorang muslim sejati..
Mati itu pasti..
Persiapkan diri untuk mati itu perlu.. ^^
sumber : http://www.facebook.com/pages/Senyumlah-%E3%83%84/426937620683363
Mungkin ada yang akan ucapkan takziah
Mungkin ada yang selalu menjenguk bagi obat rindu
Tetapi..
Sadarkah kita….??
Gambar-gambar kita..
Akan terus membuat kita tersiksa di Alam kubur..
Gambar2 yang tidak ditutupi auratnya dengan sempurna
Bagaimana nanti…..??
Para lelaki terus menerus melihat.
Dan kadang ada gambar kita yang di tag-kan ke teman2 kita
Walaupun sudah bertahun-tahun kita mati, gambar itu terus ada
SAHAM DOSA TERUS MENINGKAT…
Bagaimana…??
Pernah berpikir tidak..??
Legging dan jeans ketat, bisakah menyelamatkan kita…??
Baju yang tidak membalut aurat itu, bagaimana…??
mungkin kini kita masih merasa tak sabar ingin berbagi cerita
Dengan gambar-gambar yang cantik
Tempat-tempat yang sudah kita lewati di muka bumi-NYA.
Tapi di akhirat nanti
Semua itu tidak akan membawa arti
Semua hanya tinggal kenangan bagi yang masih hidup..
Di alam kubur, semua itu tidak sedikitpun dapat menyelamatkan kita
Mari kita bersama-sama renungkan
Saham dosa yang terus meningkat walau setelah ketiadaan kita di muka bumi
Sampai kita di akhirat.
Tutupilah auratmu sebelum auratmu ditutupkan
Peliharalah dirimu sebelum dirimu di kafankan
Jagalah harga diri sebagai seorang muslim sejati..
Mati itu pasti..
Persiapkan diri untuk mati itu perlu.. ^^
sumber : http://www.facebook.com/pages/Senyumlah-%E3%83%84/426937620683363
Dan, Atau
“Angin tetap akan berhembus
Meskipun perahu (enggan) berlayar”.
_pepatahArab_
Ada satu topik membutuhkan pemahaman lebih dalam lagi, antara bersyukur dan bersabar. Sering kita dapatkan ungkapan, “Bersyukur dengan kenikmatan dan bersabar dengan musibah”.
Dan
Pertama bagaimana kalau kita gabungkan. Penggabungan yang lebih lagi, “Bersyukur dengan musibah dan bersabar dengan kenikmatan”. Apa bedanya dengan yang pertama tadi? Orang bisa saja mengatakan, “Ah itu sih hal biasa, memang kita harus bersyukur dengan segala kenikmatan.
Dan bersabar atas segala ujian cobaan hidup. Memang sudah harus begitu. Tetapi jika kebalikannya? Siapa yang bisa bersyukur karena dapat musibah, masalah dan ujian? Tidak semua bisa bersabar dengan kenikmatan. Tidak sedikit manausia salah kaprah, ketika diberi kenikmatan tidak merasa diuji. Padahal senang susah itu semua ujian hidup. “Apakah manusia dibiarkan mengatakan kami beriman lalu mereka tidak diuji? “(QS. al-ankabut:2).
So bersyukur dan bersabar adalah satu paket harga untuk bisa membayar ujian cobaan hidup. Orang yang tidak bisa bersyukur tentu akan sulit bersabar. Siapa yang tidak bisa mensyukuri yang sedikit tidak bisa mensyukuri yang banyak. Begitupula sebaliknya, jika anda sudah mampu bersabar maka bersyukurpun demikian. Nah, ada satu pertanyaan, “Apakah yang bersyukur sudah bisa dikatakan bersabar juga?”
Atau
Seperti membedakan iman dan islam. Jika disatukan ibaratnya ia berbeda. Namun kalau dipisahkan ia sebetulnya bersatu. Mana lebih berat bersyukur atau bersabar? Jika yang dimaksud bersabar ijbari (terpaksa) maka itu relatif mudah. Semisal orang yang sakit berobat kesana kemari tidak juga kunjung sembuh. Akhirnya ambil jurus terakhir, “Mau diapa, saya tinggal bersabar”.
Tetapi siapa diantara kita pulang pengajian sesampai di rumah dengan selamat lalu mengucapkan, “Alhamdulillah saya selamat”. Atau bangun tidur mendapati tubuh dalam keadaan fit sehat bugar seraya, “Segala puji bagi Allah”.
Atau, jika yang dimaksud adalah bersyukur secara haqiqi. Maka bersabar ikhtiyari(pilihan) tidak semua orang bisa. Bersyukur sekedar ucapan maka orang awan sekalipun jika ditanya, “Bagaimana kabar?” selalu, “Alhamdulillah!!”
Tetapi apakah bersyukur dengan ucapan tadi sudah cukup? Siapa yang bisa jamin orang awam tadi sudah “tegak” shalatnya, benar tauhidnya dan tidak lagi mempersyarikatkan Allah? Betapa banyak orang lancarnya mengatakan Alhamdulillah tetapi untuk shalat saja, menjauhi kesyirikan setengah mati melaksanakan? Begitupula bersabar ikhtiyari(pilihan) sesabar Nabi Yusuf ketika digoda majikannya. Siapa diantara kita bisa teguh dengan segala godaan maksiat. Sabar yang tidak lagi karena terdesak alias pilihan terakhir, tetapi pilihan pertama!
Sabar yang diusahakan, tidak semua orang sanggup bertahan dengan godaan harta wanita dan dunia. Mungkin dia sudah bersyukur dikaruniai harta dan anak-anak. Tatapi bisakah bersabar dengan semua itu?
Maka bersyukur dan bersabar musti kita miliki keduanya. Dalam keadaan susah maupun senang. Kita kadang lupa bersyukur karena lagi susah. Begitupula lupa bersabar karena lagi ditimpa kesenangan. Kita baru mengerti makna sehat setelah sakit. Sadar akan arti memiliki setelah kehilangan. Dan anda akan memahami arti hidup setelah mati? Ataukah anda baru mau bersyukur dan setelah bersabar?
sumber : http://www.rumahrohis.com/2012/09/dan-atau.html
Meskipun perahu (enggan) berlayar”.
_pepatahArab_
Ada satu topik membutuhkan pemahaman lebih dalam lagi, antara bersyukur dan bersabar. Sering kita dapatkan ungkapan, “Bersyukur dengan kenikmatan dan bersabar dengan musibah”.
Dan
Pertama bagaimana kalau kita gabungkan. Penggabungan yang lebih lagi, “Bersyukur dengan musibah dan bersabar dengan kenikmatan”. Apa bedanya dengan yang pertama tadi? Orang bisa saja mengatakan, “Ah itu sih hal biasa, memang kita harus bersyukur dengan segala kenikmatan.
Dan bersabar atas segala ujian cobaan hidup. Memang sudah harus begitu. Tetapi jika kebalikannya? Siapa yang bisa bersyukur karena dapat musibah, masalah dan ujian? Tidak semua bisa bersabar dengan kenikmatan. Tidak sedikit manausia salah kaprah, ketika diberi kenikmatan tidak merasa diuji. Padahal senang susah itu semua ujian hidup. “Apakah manusia dibiarkan mengatakan kami beriman lalu mereka tidak diuji? “(QS. al-ankabut:2).
So bersyukur dan bersabar adalah satu paket harga untuk bisa membayar ujian cobaan hidup. Orang yang tidak bisa bersyukur tentu akan sulit bersabar. Siapa yang tidak bisa mensyukuri yang sedikit tidak bisa mensyukuri yang banyak. Begitupula sebaliknya, jika anda sudah mampu bersabar maka bersyukurpun demikian. Nah, ada satu pertanyaan, “Apakah yang bersyukur sudah bisa dikatakan bersabar juga?”
Atau
Seperti membedakan iman dan islam. Jika disatukan ibaratnya ia berbeda. Namun kalau dipisahkan ia sebetulnya bersatu. Mana lebih berat bersyukur atau bersabar? Jika yang dimaksud bersabar ijbari (terpaksa) maka itu relatif mudah. Semisal orang yang sakit berobat kesana kemari tidak juga kunjung sembuh. Akhirnya ambil jurus terakhir, “Mau diapa, saya tinggal bersabar”.
Tetapi siapa diantara kita pulang pengajian sesampai di rumah dengan selamat lalu mengucapkan, “Alhamdulillah saya selamat”. Atau bangun tidur mendapati tubuh dalam keadaan fit sehat bugar seraya, “Segala puji bagi Allah”.
Atau, jika yang dimaksud adalah bersyukur secara haqiqi. Maka bersabar ikhtiyari(pilihan) tidak semua orang bisa. Bersyukur sekedar ucapan maka orang awan sekalipun jika ditanya, “Bagaimana kabar?” selalu, “Alhamdulillah!!”
Tetapi apakah bersyukur dengan ucapan tadi sudah cukup? Siapa yang bisa jamin orang awam tadi sudah “tegak” shalatnya, benar tauhidnya dan tidak lagi mempersyarikatkan Allah? Betapa banyak orang lancarnya mengatakan Alhamdulillah tetapi untuk shalat saja, menjauhi kesyirikan setengah mati melaksanakan? Begitupula bersabar ikhtiyari(pilihan) sesabar Nabi Yusuf ketika digoda majikannya. Siapa diantara kita bisa teguh dengan segala godaan maksiat. Sabar yang tidak lagi karena terdesak alias pilihan terakhir, tetapi pilihan pertama!
Sabar yang diusahakan, tidak semua orang sanggup bertahan dengan godaan harta wanita dan dunia. Mungkin dia sudah bersyukur dikaruniai harta dan anak-anak. Tatapi bisakah bersabar dengan semua itu?
Maka bersyukur dan bersabar musti kita miliki keduanya. Dalam keadaan susah maupun senang. Kita kadang lupa bersyukur karena lagi susah. Begitupula lupa bersabar karena lagi ditimpa kesenangan. Kita baru mengerti makna sehat setelah sakit. Sadar akan arti memiliki setelah kehilangan. Dan anda akan memahami arti hidup setelah mati? Ataukah anda baru mau bersyukur dan setelah bersabar?
sumber : http://www.rumahrohis.com/2012/09/dan-atau.html
Sabtu, 22 September 2012
Akhwat Jatuh Cinta?
Akhwat jatuh cinta?
Tak ada yang aneh, mereka juga manusia.
Bukankah cinta itu adalah fitrah manusia?
Tak pantaskah mereka jatuh cinta?
Mereka juga punya hati dan rasa.
Tapi taukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lekaki menyapa hati mereka?
Tak ada senyuman bahagia yang dirasakan olehnya.
Tak ada rona malu di wajah mereka, bahkan tak ada bundah didalam dadanya.
Namun sebaliknya...
Ketika mereka merasakan jatuh cinta, yang mereka rasakan adalah rasa sakit dan penyesalan yang bersimbah didalam dirinya. Sebuah kesakitan yang amat sangat ketika sebuah hijab yang mereka jaga sudah lama kini kian mengikis.
Ketika seseorang lelaki yang belum halal bagi mereka kini bergelayut dalam hatinya dan fikirannya. Mereka sangat takut, karena takut menodai cinta sucinya kepada Sang Pencinta. Ketika rasa rindu datang kembali, yang mereka rasakan adalah rasa kesedihan yang sangat mendalam yang membuat mereka sangat pilu. Tak ada senyuman, tak ada rona malu di dalam diri mereka.
Mereka sangat menyesal, yang ada adalah malam-malam yang penuh dengan air mata dan tangisan atas pengaduannya kepada Sang Pencipta atas cintanya yang kian ternodai. Mereka sangat gelisah karena kegelisahan yang menodai arti cinta sucinya.
Ketika akhwat jatuh cinta kepada mereka yang menodai hatinya, bukan harapan untuk bertemu mereka sesering mungkin. Namun yang mereka inginkan adalah menjauh sejauh-jauhnya dari mereka, agar menjaga hati dari kikisan itu.
Tak ada kata-kata cinta dan rayuan yang penuh kegombalan, namun yang ada adalah rasa kekhawatiran yang amat sangat akan hati yang mulai merindukan sesosok lelaki yang belum halal bagi mereka.
Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah mereka dengan sebaik-baiknya. Sebuah kegelisahan yang terasa sangat menyesak akan ketenangan di wajahnya yang dulu teduh dilihat. Mereka akan terus berusaha untuk mematikan rasa itu bagaimanapun caranya. Kendatipun mereka harus menghilang dan menjauh, akan mereka lakukan untuk menjaga kemurnian cintanya. Sungguh sangat kasihan para akhwat yang sedang dilanda rasa cinta yang menodai kemurnian cinta mereka kepada Sang Maha Pencinta.
Jagalah hati kalian untuk meneduhkan hati mereka. Mungkin jika akhwat tersebut ditakdirkan Allah untukmu, maka yakinlah Allah akan mempersatukan kalian di dunia dan di akhirat kelak. Jangan sampai mereka merasakan rasa yang sangat menyakitkan dan membuat hari-hari mereka penuh dengan rasa kegelisahan.
#Sebaliknya juga untuk ikhwan-ikhwan yang merasakan perasaan ini
Share dari seorang yang merasakan kegalauan hati
Langganan:
Postingan (Atom)